Siapakah diantara kita tidak pernah sakit? Semua kita pasti merasakannya. Pada dasarnya sakit adalah terjadinya ketidak seimbangan dalam masing-masing kita. Dalam diri kita sendiri tidak hanya tubuh kita yang bisa mengalami sakit (ketidak seimbangan). Kita bisa merasakan sakit (jiwa) yang menyangkut emosional kita yang tidak normal sebagai mana normalnya kita disebut manusia berprikehidupan. Bahkan ada sakit yang lebih parah yaitu sakit secara rohani. Bisa kita lihat akhir-akhir ini fenomena dalam sekitar kita yang dihebohkan secara (spiritual/rohani). Itu juga merupakan sebuah hal yang bisa dikatakan ketidakseimbangan (sakit).
Baiklah, kita dasari dulu dari konsep teologis dari banyaknya sistem kehidupan. Di dunia ini dari sejarah peradaban sampai ada sekarang bisa kita dapatkan 2 cakupan besar konsep kehidupan. Yaitu dikotomi dan trikotomi. Dikotomi memaparkan dua komponen utama manusia hidup yaitu jasmani (tubuh) dan rohani (roh). Sedangkan trikotomi membagi menjadi 3 bagian yaitu ; tubuh, jiwa dan roh. Inilah penerapan umum budaya-budaya dan ajaran agama-agama yang berkembang sampai sekarang ini.
Kembali kepada bahasan sakit. Pada dasarnya dua sistem kehidupan diatas lah yang membutuhkan keseimbangan. Kalau tidak seimbang menurut aturan norma manusia berkehiudpanlah yang kita katakan sakit.
Secara singkat bisa kita simpulkan, secara tubuh (materi duniawi) cukup banyak kita pahami penyakit dalam tubuh kita. Adapun penyakit (ketidak seimbangan) itu sendiri adalah karena keberadaan ilmu pengetahuan manusia itu sendiri secara duniawi. Mulai dari penyakit kulit, saraf, dan lain sebagainya yang bisa di analisa nyata oleh mata pikiran manusia itu sendiri. Diluar hal itu, kita juga mengalami ketidak seimbangan secara rohani. Hal ini terjadi karena ketidak pekaan kita dalam hal spiritual.
Semua hal diatas adalah keterikatan manusia berkehidan dengan alam semesta. Kalau kita jeli atas konteks alam semesta itu sendiri yang terus berevolusi, sama halnya juga dengan manusia. Di alam sekitar juga berlaku hal yang sama, ada kalanya alam itu melakukan penyeimbangan diri sendiri yang tanpa kita sadari adalah ulah manusia itu sendiri.
Mungkin kita tidak menyadari, bencana alam adalah efeksitas dari keberadaan manusia. Hanya saja manusia tidak menyadarinya. Dan itu adalah tugas manusia memahami atas akal pikiran manusia itu sendiri. Kalau manusianya tidak lagi memahami keseimbangan dalam dirinya sesuai dengan konsep kehidupan itu sendiri, jelas alam akan berefek juga pada kehidupan manusia itu sendiri.
Teruslah belajar, perbanyak wawasan kita tuk bijaksana pada diri sendiri dan sekitar kita agar terjalin keseimbangan energi yang tersumber daya dalam kehiudpan olahan akal pikiran manusia itu sendiri yang cukup kompleks dilimpahkan Tuhan kepada kita semua.
Christine 08 Juni 2017
0 komentar:
Post a Comment